Cekisu.com – Kesuksesan transformasi yang diperoleh BRI salah satunya disebabkan karena hasil atau buah kepemimpinan yang kuat.
Hal tersebut diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso dalam seminar bertajuk ‘ Kepemimpinan dalam Mengubah Suasana’ yang diselenggarakan Lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kamis, 24 Agustus 2023
Suranso mengatakan transformasi merupakan respons atas strategi risiko menjadi keniscayaan bagi korporasi untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan yang tangguh di tengah berbagai tantangan zaman.
Keberhasilan transformasi menurut Sunarso akan ditentukan pada kepemimpinan pucuk yang kuat.
Ia menjelaskan bahwa dalam Basel III pada kerangka industri keuangan khususnya perbankan dalam mengelola risiko, terdapat 8 hal yang harus dikelola dengan baik.
Delapan hal tersebut yakni risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum. Kemudian risiko reputasi, risiko strategi, dan risiko kelangsungan. Namun Sunarso menilai, risiko paling menantang adalah risiko strategi.
“Ini risiko yang mengekspos kita dan berakibat pada gagalnya kita bersaing. Karena strategi yang kita terapkan tidak tepat, kurang tepat, atau sedikit kurang tepat, atau terlambat,” ujar Sunarso.
Jadi, kata Sunarso, cara merespons risiko strategis yang paling utama adalah kemauan kita untuk berubah.
“Dan itulah yang kita sebut transformasi,” sambungnya.
Di sisi lain, menurut Sunarso, mengelola transformasi tidaklah mudah. Bahkan bisa dikatakan sama dengan mengelola sesuatu yang dilematis. Sebab transformasi hasilnya dalam waktu yang relatif jangka panjang.
Ia menilai seorang CEO sering takut melakukan transformasi. Hal itu karena mengejar aspirasi jangka panjang, menyelamatkan perusahaan jangka panjang, tetapi mengorbankan kinerja perusahaan hari ini.
Namun sebaliknya jika terlalu mengejar kinerja hari ini, maka kemudian risiko strategi itu semakin terakumulasi, sulit untuk bangkit. Maka ditandai dengan gagalnya sebuah korporasi,” ungkapnya.
Syarat Sukses Transformasi
Sunarso menjelaskan terdapat 4 syarat agar transformasi sukses. Pertama, harus jelas obyek yang ditransformasikan.
BRI melakukan dua hal fundamental dalam transformasi yaitu digital dan culture sejak 2016 di mana Sunarso terlibat langsung sejak awal transformasi tersebut dilakukan.
Kedua, harus ada pemimpin yang menggerakkan dalam bertransformasi. Ia pun menekankan, dalam hal ini puncak tertinggi memegang peranan paling penting. Karena secara langsung mentransformasi dan mengamati keberhasilan objek yang ditransformasikan tersebut.
Sunarso menjelaskan, penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan dan budaya merupakan hal yang paling sulit ditiru oleh pesaing.
“Ini yang menjadi tantangan membangun keunggulan daya saing jangka panjang,” imbuhnya.
Ketiga, seluruh aktivitas dan aspirasi yang menjelma itu harus diterima atau dikehendaki oleh seluruh karyawan. Keempat, transformasi harus menjadi mekanisme kesisteman. Oleh karena itu, transformasi harus ditulis, disusun dalam bentuk cetak biru . Kemudian dalam penyusunan cetak biru transformasi, manajemen memetakan kekuatan dan kelemahan perseroan.
Juga menggambarkan tantangan yang ada serta peluang yang dimiliki. Setelah itu, barulah manajemen perseroan menyusun visi dan bagaimana serta kapan akan merealisasikannya.Berikutnya adalah merancang struktur organisasi termasuk menyusun model bisnis, hingga mendesain model bisnis baru .
Hal itu dilakukan untuk menciptakan efisiensi dan menciptakan nilai baru. Di mana menjadi tugas seorang CEO untuk menciptakan nilai . Dalam hal itulah transformasi digital BRI memiliki dua fungsi yaitu efisiensi dan men- create new business model yang sebelumnya tidak pernah ada sama sekali, sehingga men- create value baru.
“Terakhir yang harus kita desain adalah perilaku kolektif yang efektif untuk mencapai tujuan. Itulah yang kita sebut mendesain budaya . Jadi budaya di sini adalah agregasi dari perilaku-perilaku individu, pola pikir individu yang secara kolektif itu sangat efektif untuk mencapai tujuan bersama. Saya kira itu prinsip-prinsip untuk transformasi,” tegasnya.
Dengan transformasi tersebut, BRI ingin merealisasikan dua visi besar pada tahun 2025. Pertama adalah Champion of Financial Inclusion dan yang kedua menjadi The Most Valuable Banking Group in South East Asia.
Sementara itu, dalam acara tersebut juga hadir Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK Mirza Adityaswara. Dia menekankan bahwa adaptasi atau transformasi harus diperhatikan dan dilakukan dalam menghadapi tantangan yang terus berubah seiring zaman. Menurutnya, “ mengubah suasana ” memang adalah sesuatu yang selalu ada.
Oleh karena itu sebagai manusia, adaptasi atau transformasi perlu terus dilakukan. Dia mencontohkan, bagaimana pandemi Covid-19 mengubah segalanya. Mendorong dunia pada krisis ekonomi, krisis kemanusiaan, dan tentunya krisis kesehatan. Sehingga pada saat itu, berbagai belahan dunia mengalami perekonomian yang negatif.
“Dan dampak negatifnya sangat besar sekali. Oleh karena itu, jika kita berbicara sebagai korporasi, sebagai perusahaan, baik itu perusahaan besar, menengah, kecil, kita harus bisa beradaptasi terhadap perubahan tersebut,” ucapnya.
Wow, awesome weblog structure! How long have you been blogging for?
you made blogging glance easy. The entire look of your website is
fantastic, let alone the content material! You can see similar here sklep